tag:blogger.com,1999:blog-75365155185994129282024-03-13T15:02:52.643+07:00Lanskap BudayaDelyanethttp://www.blogger.com/profile/05070646748056169653noreply@blogger.comBlogger9125tag:blogger.com,1999:blog-7536515518599412928.post-18018646634026595042014-09-20T15:18:00.002+07:002014-09-20T15:18:18.209+07:00Penilaian pada Lanskap Perdesaan (Rural Landscape Assessment)<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhWoLMvbNgjuXRfe4f4Rleookpb_i_1smlg9BnmYRtDIEAzCYuJsH8nwY1UKMgmwL70KEUVSCym13u74jigEuuu6kUPVwA3HJN1ezjuRQt7LRh14ellSTSVRY56HUlsABB3cHwe1Ftby4un/s1600/Kampung+Naga.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhWoLMvbNgjuXRfe4f4Rleookpb_i_1smlg9BnmYRtDIEAzCYuJsH8nwY1UKMgmwL70KEUVSCym13u74jigEuuu6kUPVwA3HJN1ezjuRQt7LRh14ellSTSVRY56HUlsABB3cHwe1Ftby4un/s1600/Kampung+Naga.jpg" height="266" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kampung Naga, contoh lanskap perdesaan tradisional.<br />(Dok Delyanet Karmoni)</td></tr>
</tbody></table>
Karakteristik lanskap budaya dibentuk oleh aktivitas dan kebiasaan dari orang-orang yang menempati, mengembangkan, menggunakan, dan membentuk lanskap tersebut sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan akan media refleksi bagi kepercayaan, tingkah laku, tradisi dan nilai yang dianut.<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Faktor-faktor yang mempengaruhi karakteristik lanskap budaya di perdesaan (rural) dan perkotaan (urban) antara lain:<br />
1. Kondisi alam, berupa sumber daya alam, bentuk lahan (landform), iklim, dan faktor fisik lainnya.<br />
2. Budaya atau filosofi hidup.<br />
3. Politik, ekonomi, dan teknologi.<br />
4. Kepercayaan.<br />
5. Kepadatan penduduk.<br />
6. Pengaruh asing (baik di masa lalu maupun sedang berlangsung)<br />
<br />
Namun pada lanskap perdesaan, karakteristik lanskap banyak dipengaruhi oleh faktor alam (terutama bentuk lanskap), aktivitas masyarakat sangat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lanskap, teknologi tradisional (tanpa mesin), kepadatan penduduk relatif rendah dan komposisi relatif homogen, serta nilai religi atau adat yang kuat.<br />
<br />
Kesatuan elemen lanskap yang membentuk suatu karakteristik lanskap disebut unit lanskap.<br />
Contohnya:<br />
- unit lanskap pada kesatuan wilayah atau area administratif adalah RT, RW, kota;<br />
- unit lanskap terkait karakter ekologis antara lain sungai, lembah, taman nasional, gunung;<br />
- unit lanskap terkait karakter sosial antara lain lembaga adat, budaya, bahasa, pekerjaan, dsb;<br />
- unit lanskap pada kesatuan land-use atau grid adalah berdasarkan aktivitas (lahan pertanian, hutan, lapangan, dan sebagainya);<br />
- unit lanskap pada kesatuan penggunaan atau pelayanan publik biasanya terikat pada area administrasi tertentu.<br />
<br />
Karakteristik lanskap meliputi 3F yaitu form (form), force (kekuatan), dan feature (proses). Karakter lanskap dari form dilihat dari bentuk benda-benda fisik pada lanskap tersebut seperti arsitektur bangunan, gunung, sungai, batu besar, dan sebagainya. Force membentuk karakteristik lanskap dirasakan dari kekuatan alam (angin, air, dan sebagainya). Adapun feature membentuk karakter lanskap dari hasil proses alam yang menarik seperti pelangi, kabut, halo, hujan, gerhana, dan sebagainya.<br />
<br />
Terdapat berbagai metode dalam menilai lanskap, namun secara umum penilaian/ assessment lanskap adalah sebagai berikut:<br />
<br />
1. Penetapan tujuan<br />
Penetapan tujuan penting dilakukan karena berkaitan dengan penetapan kriteria penilaian pada langkah selanjutnya.<br />
<br />
2. Studi literatur dan survei lapang<br />
Studi literatur dan survai lapang dilakukan untuk memperoleh data primer dan data sekunder. Kedua jenis data tersebut harus diperoleh dari narasumber yang kompeten (ahli dalam bidangnya). Jumlah narasumber perlu diperhatikan agar data yang terkumpul lebih akurat.<br />
<br />
3. Analisis<br />
Analisis dari data yang diperoleh dilakukan secara kuantitatif atau kualitatif, dan spasial.<br />
<br />
4. Evaluasi<br />
Pada tahap evaluasi, dilakukan analisis komprehensif dan holistik dari semua data dan analisis yang dilakukan sebelumnya.<br />
<br />
5. Pembuatan rekomendasi<br />
Rekomendasi diusulkan berdasarkan hasil evaluasi sesuai kriteria yang telah ditetapkan. Usulan rekomendasi dapat berupa kebijakan, strategi, program, aksi, site plan, atau model.<br />
<br />
FYI, karakteristik sosial suatu lanskap biasanya sesuai dengan kesatuan wilayah. Setelah disurvei perlu dilakukan pemetaan perluasan atau penyempitan kawasan. Karakteristik sosial dipengaruhi oleh proses (tata guna lahan/ land-use, pola organisasi spasial, respon lingkungan alami, tradisi-budaya) dan komponen (jaringan sirkulasi/path, batas kawasan dan area milik/ edge, vegetasi dan struktur/ distrik, area cikal bakal/ nodes, dan elemen-elemen kecil penanda/ landmark)<br /><br />** Catatan kuliah Interaksi Manusia dan Lanskap (IML) pertemuan ke-8.Delyanethttp://www.blogger.com/profile/05070646748056169653noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7536515518599412928.post-50380948080061240912014-06-05T12:01:00.001+07:002014-06-05T12:01:45.542+07:0014 Cagar Budaya dan Situs di Kabupaten SintangBerdasarkan Surat Keputusan Bupati Sintang No. 114 Tahun 2010 Tentang Penetapan Benda Cagar Budaya atau Situs yang Terdapat di Kabupaten Sintang memuat 14 Cagar Budaya dan Situs, yaitu:<br />
<a name='more'></a>1. Masjid Jami' Sultan Nata<br />2. Makam Djubair, Irawan II, dan Panembahan Ade Muhamad Djoen<br />3. Makam Sultan Nata Muhamad Sjamsuddin<br />4. Makam Raja-Raja<br />5. Makan Aji Melayu<br />6. Batu Lingga Yoni, Batu Nandi<br />7. Batu Lingga Yoni Dara Muning<br />8. Rumah Betang Ensaid Panjang<br />9. Rumah Betang Lubuk Pantak Ketungau Hulu<br />10. Makam Apang Semangai<br />11. Makam Panggi Agung<br />12. Prasasti Batu Harimau<br />13. Makam Pangeran Kuning<br />14. Batu Lingga Yoni dan Arca Gusar Putung Kempat<br />(sumber: kalimantan-news.com)<br /><br />Namun, tanpa adanya upaya perlindungan lanskap budaya di sekitarnya, kelestarian dan keberlanjutan cagar dan situs budaya tidak akan mungkin tercapai. <br />Delyanethttp://www.blogger.com/profile/05070646748056169653noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-7536515518599412928.post-46846000971972582262012-11-04T15:08:00.000+07:002012-11-04T15:08:13.327+07:00Pentingnya Artefak Tulisan dalam BudayaArtefak, atau benda fisik, merupakan bukti konkret dalam suatu budaya. Artefak dapat berupa benda dan alat yang digunakan sehari-hari atau yang digunakan dalam upacara adat. Artefak juga dapat berupa tulisan, literatur, atau dokumentasi singkat. Bahkan catatan singkat mengenai suatu peristiwa pun dapat menjadi catatan penting dan berharga.<br />
<br />
<a name='more'></a>Banyak prasasti-prasasti yang ditemukan di tanah Jawa menjadi bukti tertulis dan konkret yang menjadi dasar menelusuran sejarah selanjutnya. Selain tulisan dan benda sehari-hari, bangunan, foto atau gambar, ornamen, pola dan bahkan lanskap dapat menjadi contoh artefak suatu kebudayaan. Dari artefak-artefak tersebut, sejarah dan budaya suatu masyarakat dapat lebih mudah dilacak, dan dianggap lebih sahih dibandingkan jika hanya lewat cerita lisan.<br /><br />Sayangnya, banyak dari kebudayaan di Indonesia terancam punah karena kurangnya literatur. Budaya lisan. Saya pribadi yakin, bahwa setiap masyarakat, sekalipun masyarakat yang tidak mengenal huruf, akan selalu memiliki bahasa. Karena dengan bahasa lah mereka dapat membentuk komunitas, berorganisasi dan bermasyarakat. Hanya saja bahasa yang mereka gunakan berbeda dengan bahasa yang digunakan oleh kebanyakan orang di bumi. Bukan karena mereka alien. Mereka hanya BERBEDA. <br /><br />Lihat saja peradaban dan budaya bangsa Maya, atau Mesir. Mereka tidak mengenal huruf-huruf yang kita gunakan sekarang ini. Tapi mereka memiliki bahasa tersendiri, sandi tersendiri, yang tidak kita gunakan sehari-hari dan mereka menuangkannya ke media yang tahan lama. Batu. Dan tercatatlah mereka ke catatan sejarah dunia. Sehingga meskipun mereka menghilang dari muka bumi (entah karena apa), sejarah dan budaya mereka masih tercatat rapi dalam manuskrip dunia. Tak mudah dilupakan.<br />
<br />
Tak heran seringkali kita kehilangan identitas budaya sehingga lebih senang mengambil tanpa menyaring budaya luar yang belum tentu cocok bagi kita dan lanskap kita. Bukan berarti ini berarti kita harus anti budaya luar. Budaya luar sangat perlu dipelajari untuk menunjang ketahanan eksistensi. Yang perlu ditekankan di sini adalah jika ESENSI budaya (atau filosofi hidup) yang hilang, maka nilai budaya lokal yang baik juga akan hilang. Jadi yang harus kita menjaga filosofi hidup, salah satunya dengan merekam lewat artefak. Jika tidak, maka
rasa bangga menjadi bagian dari kesatuan besar suatu bangsa, Bangsa
Indonesia, akan melebur. Dan ini menyedihkan.<br />
<br />
<br />Demikianlah kekuatan dahsyat dari tulisan, atau artefak lain dalam sejarah dan budaya, dalam ilmu sosial. Bahkan ilmu sains pun akan sulit diklaim ketika tidak ada catatan valid yang merekamnya.<br />
<br />
<br />
<br />
Ayo, budayakan menulis dari sekarang! Semangat!Delyanethttp://www.blogger.com/profile/05070646748056169653noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7536515518599412928.post-23109443124890300042012-11-04T13:48:00.001+07:002012-11-04T13:49:20.156+07:005 Prinsip PSDA Dayak [Bahasan Singkat]Baiklah, menyambung postingan sebelumnya mengenai <a href="http://lanskapbudaya.blogspot.com/2012/10/5-prinsip-dasar-psda-suku-dayak.html" target="_blank">5 Prinsip PSDA Suku Dayak,</a> saya akan mencoba membahas satu per satu mengenai prinsip-prinsip dasar tersebut. Let's start, then...<br />
<a name='more'></a><br />
Prolog<br />
Rumpun Dayak memiliki banyak anak suku atau sub-suku. Jumlahnya ratusan dan dibedakan secara linguistik. Namun dari banyaknya jumlah sub-suku yang ada di rumpun Dayak tersebut, terdapat pandangan hidup (filsafah hidup), aktifitas, dan artefak (benda-benda fisik) yang serupa, sehingga dapat dikatakan memiliki akar budaya yang sama. Dan tentu saja secara fisik sub-suku yang satu mirip satu sama lain. :)<br />
<br />
Salah satu filosofi dasar mengenai budaya Dayak yang menjadi ciri lanskap Dayak secara umum adalah filosofi mengenai MENGHARGAI TANAH. Rumpun suku Dayak sangat menghormati tanah sebagai bagian hidup yang sangat penting bagi keberlanjutan kehidupan mereka. Tanah rusak, maka kehidupan mereka juga akan rusak.<br />
<br />
<b>Prinsip 1. Keberlanjutan</b><br />
Seperti yang telah saya sebutkan sebelumnya, rumpun suku Dayak mendiami daerah pedalaman dan hulu sungai di Kalimantan, sehingga secara tidak langsung merekalah yang menguasai DAS (daerah aliran sungai) yang dalam ilmu ekologi lanskap memiliki peranan penting bagi kehidupan. Dalam mengelola DAS, terutama bagian hulu, rumpun suku Dayak memberlakukan Hutan Adat. Boleh dibilang, dalam setiap pemukiman tradisionalnya sub suku Dayak manapun akan memiliki Hutan Adat. Dan hutan adat ini sebagai investasi bagi keberlanjutan keberadaan mereka di tanahnya.<br />
<br />
<b>Prinsip 2. Kebersamaan</b><br />
Pengelolaan hutan adat sebagai bagian penting bagi kehidupan masyarakat setempat, mendorong kebersamaan dalam pengelolaannya. Dibuat, ditegakkan, dan untuk kepentingan bersama. Oleh karena itu kebersamaan menjadi asas penting dalam pengelolaan lanskap budaya suku Dayak. Tanpa kesepakatan bersama, penegakan hukum tidak akan dapat dilakukan. <br />
<br />
<b>Prinsip 3. Keanekaragaman Hayati</b><br />
Seperti yang kita ketahui, dan masuk akal, bahwa perakaran di hutan-hutan di daerah hulu sungai akan menahan air di tanah, sehingga keberadaan hutan merupakan kemutlakan untuk menjaga daerah sepanjang DAS dari bencana banjir. Selain itu, hutan tentu saja akan menjadi bank plasma nutfah. Dari jenis mikroba, jamur, lichen, tumbuhan monokotil dan dikotil, hewan-hewan mikroskopis hingga makroskopis, avertebrata hingga vertebrata, pisces, amphibi, reptil, aves, hingga mamalia. Tidak heran, hutan di Kalimantan yang heterogen memiliki biodiversitas yang tinggi, termasuk tiga terbesar di dunia setelah Amazon dan Papua.<br />
*Biodiversitas, satu kata yang menjadi motivasi para Sarjana Biologi dan Pemerhati Lingkungan untuk melakukan konservasi. :) <br />
Jadi secara tidak mereka dan kita sadari, (terutama karena masih kurangnya studi mengenai budaya Dayak) rumpun suku Dayak -dan suku-suku tradisional lain di Indonesia- merupakan konservator alami tanpa menempuh pendidikan formal terlebih dahulu. Karena ini menyangkut hidup mereka dan keturunan mereka. <br />
<br />
<b>Prinsip 4. Subsisten</b><br />
Prinsip hidup rumpun Dayak asli pada dasarnya sama dengan masyarakat tradisional pada umumnya. Sederhana, tidak serakah dan berlebihan. Sifat-sifat ini ada karena kepercayaan dinamisme yang mereka yakini, bahwa roh-roh nenek moyang akan marah jika mereka merusak hutan dan tanah mereka. *<i>Ini membuktikan bahwa keyakinan akan sesuatu akan menjadi motivasi kuat untuk melakukan sesuatu, hal besar maupun kecil, secara konsisten</i>*<br />
Lalu, apa hubungannya dengan subsisten? Hubungannya adalah, dari prinsip hidup sederhana tersebut, masyarakat Dayak yang masih memegang adat dituntut tidak boleh serakah. Lahan yang memang telah dibagi-bagi sesuai peruntukannya (istilah kerennya: <i>land-use</i>) yang telah ditentukan adat akan dimanfaatkan sebaik mungkin untuk mempertahankan hidup. Ladang dan sawah dipertahankan untuk memenuhi kebutuhan pangan, sedang hutan adat dipertahankan untuk memenuhi kebutuhan pangan, sandang dan papan. Jika ada sumber daya yang lebih atau memang diperuntukkan untuk perdagangan (seperti karet), maka penghasilannya akan digunakan untuk ditukar dengan kebutuhan lain yang tidak dapat dipenuhi sendiri. Dengan kata lain, <i>land-use</i> oleh masyarakat Dayak bersifat subsisten, yakni untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Hal ini mendorong rumpun suku Dayak untuk mempertahankan keberlanjutan lanskap budayanya.<br />
<b><br />Prinsip 5. Kepatuhan terhadap hukum adat</b><br />
Dalam budaya pertanian suku Dayak, dikenal langkah pembukaan lahan dengan menebas dan membakar. Masyarakat yang masih melaksanakan adat akan berusaha untuk tidak merugikan orang lain dalam melaksanakan tahapan pertanian ini. Ada aturan adat yang mengikat dan sanksi yang menunggu jika melanggar. Demikian pula untuk berbagai aktifitas kehidupan lain. Meskipun sangat kental dengan mitos, tahayul, dan berbagai hal tidak masuk akal lainnya, kepatuhan masyarakat adat terhadap hukum adat setempat memberikan peluang penegakan hukum yang berlaku, yaitu hukum adat. Prinsip terakhir ini seperti ujung tombak dari keempat prinsip sebelumnya. Tanpa penegakan hukum, aturan yang berlaku akan sia-sia. Hukum apapun itu. :)<br />
<br />
Penutup<br />
Ada baiknya kearifan lokal dari prinsip Dayak ini menjadi pertimbangan bagi pemerintah dalam mengelola sumber daya daerah, tidak sekedar menyamakan program pembangunan dari Sabang sampai Merauke -atau Merauke sampai Sabang- karena setiap daerah memiliki kekayaan alamnya masing-masing dan pelajaran dari kehidupan masyarakat setempat mengenai kelestarian alam (kearifan lokal).<br />
<br />
Demikianlah penjelasan singkat menurut saya mengenai lima prinsip pengelolaan sumber daya alam oleh masyarakat rumpun Dayak. Untuk hari ini, segini aja dulu, karena saya masih harus memperbaiki proposal penelitian saya.<br />
Over all, semoga bermanfaat. :)Delyanethttp://www.blogger.com/profile/05070646748056169653noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7536515518599412928.post-34323041690977548722012-10-07T21:02:00.000+07:002012-10-12T13:13:28.336+07:005 Prinsip Dasar PSDA Suku DayakDulu pernah ada orang -kebetulan IPK tiga koma, anak dosen, sedang S2-
bilang: Orang lokal (Kalimantan, aka Suku Dayak) itu bodoh! Oh lala.. Saya pikir, wow, bakalan repot minta maaf tuh!<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
Sebenarnya
saya sebagai orang lokal, agak lucu juga dengan pernyataan "tidak ilmiah"
dari orang se"pintar" itu. Ada perasaan agak terganggu juga. Selama ini
orang lokal (di manapun daerahnya) selalu menjaga keberlanjutan
lanskapnya, meskipun istilah lanskap tidak familiar bagi mereka. Hal ini
karena mereka sadar bahwa mereka tidak akan pernah bertahan tanpa
sokongan dari lingkungannya, dari ekosistemnya, dari lanskapnya, dari
alamnya... Masuk akal bukan?<br />
<br />
Nah, malam ini, saya
baca-baca jurnal dan artikel mengenai masyarakat adat, hutan adat,
kearifan lokal (sebenarnya ini sekaligus untuk kepentingan penelitian saya, hehe).
Ada satu kutipan artikel yang saya perlu tandai:<br />
<br />
<br />
Terdapat lima prinsip dasar pengelolaan sumber daya alam yang bisa dicermati dalam budaya Dayak, yaitu: keberlanjutan, kebersamaan, keanekaragaman hayati, subsisten, dan kepatuhan kepada hukum adat. Dengan kelima prinsip ini, masyarakat Dayak menjaga kelestarian alamnya, meskipun seringkali mereka dipersalahkan dengan kerusakan hutan yang terjadi saat ini. <br />
-Yasir Al Fatah & Betty Tio-<br />
<br />
<br />
Sangat
menarik. Insya Allah di postingan berikutnya, setelah saya
menyelesaikan penulisan proposal penelitian saya, saya akan bahas
satu-per-satu mengenai hal tersebut. Dari pemahaman saya pribadi, tentu
saja... ^_*<br />
<br />
Okey, I hope i will see you on next post! ASAP!Delyanethttp://www.blogger.com/profile/05070646748056169653noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7536515518599412928.post-73683780411187338712012-06-08T14:21:00.000+07:002012-10-07T21:03:58.801+07:00Cagar Budaya Kalimantan BaratHingga saat ini, Kalimantan Barat tercatat memiliki 226 cagar budaya yang tersebar di 14 kabupaten/kota di Kalimantan barat, yakni sebanyak:<br />
<a name='more'></a>- <a href="http://lanskapbudaya.blogspot.com/2012/06/daftar-cagar-budaya-kota-pontianak.html" target="_blank">14 cagar budaya di Kota Pontianak</a>, <br />
- 15 di Kabupaten Pontianak, <br />
- 10 di Kubu Raya, <br />
- 18 di Landak, <br />
- 34 di Sambas, <br />
- 11 di Kota Singkawang, <br />
- 9 di Kabupaten Bengkayang, <br />
- 17 di Sanggau, <br />
- 9 di Sekadau, <br />
- 18 di Sintang, <br />
- 14 di Melawi, <br />
- 24 di Kapuas Hulu, <br />
- 26 di Ketapang, dan <br />
- 7 di Kabupaten Kayong Utara.<br />
<br />
Sayangnya saat ini baru 15 cagar budaya yang diakui pemerintah melalui Surat Keputusan Penetapan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Kalimantan Barat. Kelima belas cagar budaya tersebut adalah:<br />
1. Keraton Tayan, <br />
2. Keraton Sanggau, <br />
3. Keraton Al Mukarom Sintang, <br />
4. Keraton Amantubillah Mempawah, <br />
5. Keraton Alwatzikhoebillah Sambas,<br />
6. Keraton Landak, <br />
7. Rumah Betang di Kapuas Hulu, <br />
8. Gereja Tua Santo Friedells Sejiram,<br />
9. Istana Kadriah Pontianak, <br />
10.Masjid Jami' Kesultanan Pontianak, <br />
11. Masjid Jami' Sambas, <br />
12. Masjid Jami' Landak, <br />
13. Masjid Jami' Tayan, <br />
14. Masjid Jami' Sanggau, dan <br />
15. Masjid Jami' Al Mulkarrom Sintang.<br />
<br />
Menurut Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Kalimantan Barat, Yusri Zainuddin (pada 24/05/2012), 15 cagar budaya tersebut telah resmi diakui negara karena telah dikuatkan dengan surat penetapan cagar budaya. Sisanya belum memiliki surat keputusan penetapan meskipun statusnya sudah masuk dalam cagar budaya.<br />
<br />
(sumber: tempo.com)Delyanethttp://www.blogger.com/profile/05070646748056169653noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7536515518599412928.post-86827640064414618112012-06-08T13:51:00.001+07:002012-10-07T21:03:11.413+07:00Daftar Cagar Budaya Kota PontianakBerikut ini adalah daftar Benda Cagar Budaya yang terdapat di Kota Pontianak menurut Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2010:<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
1. Istana Kadriah Keraton Kesultanan Pontianak Kel. Dalam Bugis Kota Pontianak Sy. Ali Bin hamid Assegaf pernah dipugar Depdikbud Prov tahun 1923 M Kec. Pontianak Timur Kalbar tahun 1992-1996<br />
<br />
2. Masjid Sultan Abdurahman Alk Rumah Ibadah Kesult Pontianak Muharam Kel. Dalam Bugis Kota Pontianak Sy. Usman Mohdar Al-Idrus pernah dipugar Depdikbud Prov 1237 H Kec. Pontianak Timur Kalbar tahun 1994-1998<br />
<br />
3. Komplek Makam Batulayang Kesultanan Makam Kesult Pontianak tahun 1808 M Kel. Dalam Bugis Kota Pontianak Sy. Mohdar alkadrie pernah dipugar Depdikbud Prov Pontianak Kec. Pontianak Timur Kalbar tahun 1984-1988<br />
<br />
4. Tugu Khatulistiwa tugu Kolonial Belanda tahun 1928 Kel. Batulayang Kota Pontianak Hamdi Kec.Pontianak Utara<br />
<br />
5. Masjid Baitan Nur Rumah Ibadah Kesult Pontianak th. 1216 H Kel. Dalam Bugis Kota Pontianak Abdul Gawi Obet 1802 M Kec. Pontianak Timur<br />
<br />
6. SDN 46 (sekarang SDN 14) Sekolah Kolonial Belanda tahun 1928 Jl. Tamar Kel. Tengah Kota Pontianak Kec. Pontianak Kota<br />
<br />
7. Bekas Gedung PBI Bangunan Kemerdekaan/NICA thn. 1945 Jl. Zainuddin Kel Tengah Kota Pontianak Sekarang Gedung Pramuka Kec. Pontianak Kota Kwarcab Pontianak<br />
<br />
8. Kelenteng/Vihara Bodhisatva Karaniyah Metta Rumah Ibadah tahun 1689 M Komplek Pasar Kapuas Indah Kota Pontianak Kel. Darat Sekip Kec. Pontianak Kota<br />
<br />
9. Gereja Katedral Rumah Ibadah Kolonial Belanda tahun 1909 Jl. Pattimura Kel. Darat Kota Pontianak Sekip Kec Ptk. Kota<br />
<br />
10. Kantor Pos Bangunan Kolonial Belanda tahun 1937 Jl. Rahadi Usman Kota Pontianak<br />
<br />
11. Lapangan Keboen Sajoek (PSP) Situs Kemerdekaan th. 1945-1950 Jl. AR. Hakim Kota Pontianak digunakan oleh pejuang untuk Kel. Tengah Kec. rapat akbar menentang DIKB Pontianak Kota<br />
<br />
12. Sumur Bor Situs/Mesin Kolonial Belanda tahun 1930 Kantor Camat Kota Pontianak, Pontianak Kota Jl. Pangeran Natakusuma<br />
<br />
13. Pelabuhan Teng Seng Hie Situs Abad 18-19 M Jl. Sultan Muhammad Kota Pontianak Pelabuhan Rakyat I Kel. Benua Melayu Laut Kec. Pontianak Selatan<br />
<br />
14. Bekas Komplek Kantor Residen Bangunan abad 20 M Jl. Zainuddin Kel. Tengah Kota Pontianak Sekarang BAPPEDA Kota Ptk. Borneo Barat Kec.Pontianak kota.Delyanethttp://www.blogger.com/profile/05070646748056169653noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7536515518599412928.post-85433987213585715702012-04-10T12:59:00.001+07:002012-06-01T12:27:41.684+07:00Sekilas Lanskap BudayaLanskap adalah bentang daratan yang merujuk pada susunan daerah tanah dan representasi visual yang dapat dirasakan oleh indera dan tersusun dari unsur-unsur utama yang bersifat biologik dan abiotik. Komponen biotik yang membentuk lanskap seperti manusia, hewan dan vegetasi tumbuhan sedangkan komponen abiotik seperti tanah, air, udara, komponen buatan manusia serta sifat-sifat yang terkandung di dalam komponen-komponen tersebut. Interaksi manusia yang terjadi di suatu lanskap dapat menghasilkan suatu lanskap budaya yang memiliki ciri khas budaya yang kental. Budaya yang dimaksud, tidak hanya terbatas pada kesenian dan berbagai peralatan kehidupan, melainkan juga hal-hal yang mendasari pembentukan hasil budaya tersebut.<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
Budaya adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan akal manusia, terutama mengenai suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh suatu kelompok manusia dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya dapat memiliki 3 wujud, yakni ide, aktivitas dan artefak. Ide merupakan suatu wujud budaya yang abstrak, sulit untuk terlihat namun merupakan esensi utama dari sebuah kebudayaan. Sedangkan aktivitas dan artefak lebih konkret wujudnya, dapat terlihat dan dapat dirasakan. <br />
<br />
Dalam lanskap budaya, aktivitas merupakan suatu kegiatan yang terkadang dapat berupa aktivitas masa lalu yang telah punah (relic) maupun yang masih berlangsung (continous). Aktivitas yang telah punah merupakan aktivitas yang abstrak karena baru dapat dipahami (dan dapat disimulasikan) oleh sumber yang valid dan dengan penelaahan artefak peninggalan yang mungkin berkaitan dengan aktivitas tersebut, sedangkan aktivitas yang masih berlangsung dapat dipelajari dari pelaksana kegiatan. Artefak merupakan bentuk fisik yang menjadi ciri khas suatu karakteristik masyarakat, dapat berupa ukiran, tulisan/literatur, peralatan, senjata, alat musik, bangunan, totem, pohon, batu dan benda-benda fisik lainnya, bisa yang alami maupun buatan. Dari artefak yang ditemukan, dapat digali aktivitas yang mungkin dilakukan oleh masyarakat budaya terkait artefak tersebut. Dan lebih jauh dari itu, dari artefak yang ditemukan dan aktivitas yang dilakukan, karakteristik dan ciri-khas, ide, filosofi serta gagasan hidup dari masyarakat budaya dapat dirumuskan. Menarik bukan?Delyanethttp://www.blogger.com/profile/05070646748056169653noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7536515518599412928.post-59955644178863940532012-03-07T21:53:00.001+07:002012-10-23T10:22:17.139+07:00Perladangan Berpindah Suku Dayak<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2rg6r9ZQ5hgoulE3aD4c-Cqk84m9UDrog5K8ojrI3p8-jadFsQgFO0vXMeNW1-NDI3RaNYlaKfEXuh5l0l6oW2rxUW8uUlvMZGEB2fSEonaizuxTLn9UbjjKO8ZdMOs0H34J6XC5rP5Fi/s1600/imgp4645.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="267" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2rg6r9ZQ5hgoulE3aD4c-Cqk84m9UDrog5K8ojrI3p8-jadFsQgFO0vXMeNW1-NDI3RaNYlaKfEXuh5l0l6oW2rxUW8uUlvMZGEB2fSEonaizuxTLn9UbjjKO8ZdMOs0H34J6XC5rP5Fi/s400/imgp4645.jpg" width="400" /></a></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Masyarakat asli suatu daerah umumnya merupakan konservasionis alami. Mereka memiliki strategi konservasi sumber daya alam hayati dan lingkungan yang berkelanjutan karena kehidupannya sangat tergantung dengan alam. Salah satu contoh masyarakat asli yang sangat peduli dengan lingkungan hidup adalah suku Dayak di Pulau Kalimantan. </span></div>
<a name='more'></a><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Suku Dayak memiliki kebiasaan pembukaan lahan yang unik, yakni dengan cara perladangan berpindah. Namun banyak pihak yang mengkambinghitamkan sistem perladangan berpindah sebagai faktor utama degradasi dan kebakaran hutan yang terjadi di Pulau Kalimantan. Hal ini perlu ditinjau kembali, mengingat sistem perladangan berpindah telah ribuan tahun dilaksanakan dan hanya memiliki sedikit berpengaruh terhadap alam.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Pulau Kalimantan sebagai pulau ketiga terbesar di dunia, memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi karena merupakan habitat bagi 15.000 spesies. Kekayaan ini disebabkan oleh adanya beberapa ekosistem yang berbeda. Sebagian besar daerah dataran rendah pulau ini ditutupi oleh hutan hujan, rawa dan hutan mangrove sedangkan daerah dataran tinggi (lebih dari 1000 mdpl) ditutupi oleh hutan hujan, terutama pada bagian tengah dan timur laut.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Suku Dayak Kalimantan merupakan nama kolektif untuk kelompok suku asli Pulau Kalimantan. Suku Dayak memiliki banyak anak suku yang berbeda dialek, kebiasaan, hukum adat dan budaya pada masing-masing daerah teritorinya, namun karakteristik penampilan secara umum dari mereka sama dan mudah dikenali (Grimes, 2000). Setiap anak suku Dayak memiliki penampilan fisik, arsitektur, bahasa, tradisi lisan, kebiasaan, struktur sosial, senjata, teknologi pertanian dan pandangan hidup yang sama (Davis, 1993). Secara umum, mereka menyadari bahwa sumber daya lingkungan sangat terbatas, sehingga mereka memperlakukan lingkungan dengan bijaksana dengan cara membangun strategi berkelanjutan untuk konservasi keanekaragaman hayati dan lingkungan sejak ribuan tahun yang lalu. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Masyarakat Dayak umumnya melakukan sistem ladang berpindah untuk mengelola hutan karena tanah Kalimantan miskin mineral, dimana fosfor menjadi faktor pembatas bagi budidaya tanaman pangan. Di hutan tropis, fosfor tersimpan dalam pohon sehingga perlu pembakaran hutan untuk melepaskannya. Hara yang terlepas dimanfaatkan untuk penanaman padi gogo, setelah itu dilakukan lagi pembukaan lahan baru dengan cara yang sama sedangkan ladang lama yang ditinggalkan akan menjadi hutan kembali (selama 20-25 tahun). Sistem ladang berpindah ini biasanya digabungkan dengan sistem agroforestri (hutan multikultur) dimana ladang yang ditinggalkan ditanami berbagai pohon yang dapat terintegrasi pada ekosistem hutan. Pembukaan lahan yang teratur ini mendorong terbentuknya mozaik-mozaik lahan berdasarkan umur suksesi dan keanekaragaman hayati yang beragam. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Saat ini sistem lahan berpindah sering dikambinghitamkan sebagai penyebab terjadinya degradasi dan kebakaran hutan Kalimantan, padahal jika dipelajari sistem ini justru memberikan banyak manfaat bagi kelestarian hutan Kalimantan. Pembakaran yang dilakukan oleh Suku Dayak juga tidak sembarangan karena mereka selalu membatasi area pembakaran sehingga api tidak menyebar luas. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">KESIMPULAN</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> Pengetahuan mengenai budaya tradisional sangat berguna untuk memelihara lingkungan karena peningkatan konsumsi sumber daya alam terbatas yang dan jumlah populasi. Sistem ladang berpindah oleh suku asli Dayak di Kalimantan tidak hanya berguna untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka tapi juga untuk memelihara keseimbangan ekosistem dan keanekaragaman hayati. Ironisnya, konsesi hutan dan penanaman pertanian monokultur secara signifikan dalam dalam jumlah besar yang bertentangan dengan pemeliharaan ekosistem dan mengurangi keanekaragaman hayati justru dilindungi oleh pihak berwenang. Hal ini karena sistem ladang berpindah dianggap tidak produktif dan tidak sesuai dengan pertanian modern yang memiliki produktifitas tinggi, hasil panen terukur, massal dan kontinue serta menguntungkan di pasaran. Oleh karena itu sistem perladangan berpindah harus dikombinasikan dengan sistem agroforestri agar lebih produktif.</span><br />
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><br />
</span><br />
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Diresume dari Jurnal "Review: Strategi Konservasi Keanekaragaman Hayati dalam Perspektif Masyarakat Asli; Studi Kasus Mengenai Perladangan Berpindah Suku Dayak di Kalimantan (ditulis oleh Ahmad Dwi Setyawan)<br />
</span><span style="font-size: small;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif";"></span></span></div>
Delyanethttp://www.blogger.com/profile/05070646748056169653noreply@blogger.com2